Sejujurnya gua gak pernah mau nonton film Indonesia di bioskop, gak tau kenapa ya, kayak gak worth it aja gitu. Selain itu juga, film Indonesia tuh biasanya cuma bagus di trailer doang. Makanya selama gua hidup gua bisa dihitung jari ke bioskop buat nonton film Indonesia, karena emang jarang. Film Indonesia yang gua inget pernah gua tonton adalah Danur, Dilan, dan salah satunya ya film ini, yaitu Dua Garis Biru.
Jadi, kemarin gua diajakin nonton sama temen gua, ya udah ayok, lagi senggang juga ye kan di rumah. Cus deh gua berangkat, dan gak nyangkanya, temen gua milih film Dua Garis Biru. Yang sebenernya pengin gua tolak, karena dari judulnya aja gua udah pengen menghujat wkwk. You know what? Testpack kan warna garisnya merah, bukan biru!!! Terus kenapa gak Dua Garis Merah? Apa sutradaranya gak melakukan research dulu ya? Sampe gua mikir kayak gitu, tapi ternyata ada alasan di balik semua ini.
Tadinya sih gua pengen nonton Lion King. Cuma yaudah dia maksa, dan dia ngotot sampe mau bayarin asalkan gua nonton film itu. Gua okein aja deh, pengen tau juga film Indonesia udah berkembang sampai mana. FYI, gua juga udah nonton teaser sampai trailernya, dan menurut gua bagusan teasernya, karena menurut gua trailernya itu terlalu menggambarkan keseluruhan cerita.
Pas beli tiket, wow mahal juga ya 50.000 buat satu orang, sampe gua gak enak sama temen gua wkwk. Dan tau gak yang bikin mahal apaan? Poster + tandatangan Zara JKT48 dan Angga Yunanda!!! -_- Dalem hati gua, pantes mahal.
Selanjutnya, banyak iklan sebelum pemutaran film. Males banget, tapi akhirnya mulai juga filmnya. Perasaan gua udah gak enak, berasa apaaa gitu. Aneh, eh taunya salah masuk studio wkwk.
And I was wondering apakah film ini bagus atau enggak. Jangan sampe cuma buang-buang waktu gua doang. Dan gua udah tau sih bahwa ya you know lah dari judulnya aja udah ketebak. Alur ceritanya klise dengan tema hamil di luar nikah. Gue pun udah sering baca atau nonton film dengan tema seperti ini, contoh ceritq yang mengangkat tema seperti ini adalah, Young Mom (Webtoon), One Little Thing Called Hope (Novel), Jenny Juno (Film), serta beberapa judul wattpad yang gua sendiri udah lupa, dan masih banyak lagi.
Pemeran dalam film ini adalah Dara, Bima, orangtua Dara, orangtua Bima, Puput (adeknya Dara), temen-temen sekolah (gak penting sih, udah kek figuran doang), Eni (ART di rumah Dara, ini juga cuma bentaran kok), Dewi (kakaknya Bima), Adam (anaknya Dara dan Bima).
Okey, jadi ceritanya si Dara dan Bima ini adalah sepasang kekasih, mereka melewati batasnya alias berzina, lalu Dara hamil di usianya yang masih 17 tahun. Ia ingin melakukan aborsi, tapi berubah pikiran karena jus stroberi. Jadi, Dara pun menyembunyikan kehamilannya sampai akhirnya ketahuan juga. YASHHH, serapat-rapatnya bangkai disimpan pasti akan tercium juga baunya. Azeeekkk tsahhh *kibas rambut*. Selanjutnya ya pasti dong orangtuanya marah, saling menyalahkan, malah Dara sampai diusir dari rumah dan dikeluarkan dari sekolah, sementara Bima enggak (di sini kesel juga). FYI, Dara ini orang berada, sementara Bima sebaliknya. Dara juga pintar dan bercita-cita ingin melanjutkan pendidikan di Korea. Out of nowhere, Dara-Bima menikah di usianya yang masih 17 tahun, kata orangtuanya sih lebih baik menikah daripada berzina. Sempat direncakan juga anaknya Dara akan diberikan pada orang lain yang tidak bisa memiliki anak. Namun, kenyataan berkata lain, Dara mengalami perdarahan hebat sehingga rahimnya harus diangkat. Artinya adalah ia tidak akan bisa memiliki anak lagi, jadi Adam tidak jadi diberikan sesuai kesepakatan di awal. Dara pun menitipkan Adam pada Bima dan ia melanjutkan studi ke Korea. Simpelnya sih gitu.
Tapi ... ya gak sesimpel itu juga ceritanya. Banyak kata-kata yang puitis di dalamnya, dibumbui komedi. Gua gak nyangka aja biasanya kan Indonesia lebih apa-apa dibawa serius, jadi gua pikir komedinya pasti dikit, dan itu juga gak lucu, karena gua mikir ini tuh kan masalahnya serius, tapi kenyataannya ada aja adegan lucu bertebaran di mana-mana hehe. Take it easy aja mungkin kata sutradaranya wkwk. Toh cerita ini cuma boongan hehe.
Sayangnya, gua intro filmnya kurang lama. Maksud gua adalah romantisme pacarannya itu harusnya lebih ditonjolkan, sekalian perkenalan tokoh. Tetapi, sekitar berapa menit setelah film dimulai gitu, mereka langsung
Udah gitu gua kayak, "hah?" Cengo aja deh wkwk. Atau kalau mau, ceritanya mending dibuat Dara dan Bima melakukan hubungan badan di awal film, sebagai perkenalan, hamil sebagai puncak permasalahan, dan melahirkan, juga studi ke Korea sebagai penyelesaian?
Balik lagi ke cerita, orangtuanya lagi kerja makanya mereka bisa melakukan itu di rumah Dara. Gua juga kurang ngerti di sini, orangtuanya kan punya bisnis restoran, terus kenapa ya bisa gak pulang berhari-hari? Sampe ada adegan di mana Bima nanya, "orangtua kamu pulang kapan?" Lagipula restonya masih sewilayah kok (dibuktikan dari Bima yang bekerja sambilan di restoran ayahnya Dara sambil sekolah). Tapi it's okay lah, positive thinking aja, mungkin punya cabang di luar kota.
Gua patut puji sih emang sinematografinya bagus banget. Filmnya jernih, bening, pemerannya flawless abis, kayak gak punya jerawat apalagi Dara. Beda banget deh pokoknya sama film-film Indonesia lain yang emang menurut gua kurang. Ini tuh kayak drama koreanya Indonesia wkwk. Beneran bagus banget, walaupun ada satu cuplikan yang menurut gua kayak memaksakan, yaitu adegan di mana Dara lagi olahraga, dan tiba-tiba kamera nge-shoot ke bawah mukanya Dara. Menurut gua, harusnya there's something.
Gua suka juga sama adegan komedinya, ya emang lumayan ngocok perut. Ada beberapa dark joke juga. Kalo yang emang bener-bener polos pasti gak ngerti kenapa orang-orang bisa ketawa.
Oh iya, adegan favorit gua adalah adegan di UKS di mana Dara ketahuan hamil. Di situ ibunya Bima nangis dan gak gua sangka-sangka, langsung nampar kenceng banget. Bikin sedih aja. Gua juga suka pas adegan Dara sama Puput membicarakan soal anaknya yang mau diberikan pada orang lain.
Selain itu, menurut gua ada beberapa adegan yang janggal. Kayak misalnya pas Dara lagi duduk di lapangan, terus tiba-tiba kepalanya kelempar bola basket gak sengaja. Kayak gak make sense aja sih. Masa dari kepala bisa ke perut?
Belum lagi pas adegan Dara habis operasi angkat rahim, dia tuh habis operasi BIASA AJA. Seperti tidak terjadi apa-apa. Padahal itu kan sakit banget ya, mau duduk aja pelan-pelan sambil merintih, eh si Dara malah langsung aja gitu duduk. Positive thinking aja sih, mungkin recovery-nya emang cepet banget kayak Spongebob patah tangan langsung tumbuh lagi. Emang ya kalo nonton film Indonesia harus banyak-banyak positive thinking wkwk.
Ada pula adegan di mana Dara bilang bayinya geraknya cuma 1x aja, padahal at that moment perutnya udah gede banget alias sedang hamil besar, pertanyaan gua adalah ... mana mungkin? Bayi udah segede gitu sih pasti sering gerak-gerak ya, karena kaki udah terbentuk, tangan juga, tubuhnya juga. Kok bisa cuma 1x aja? Gua sempet mikir apa bayinya meninggal, ya? Soalnya gua pernah baca cerita kalau bayi gak gerak, padahal usia kandungan sudah besar, itu tuh bayinya memang udah nggak ada.
Lalu ada adegan di mana bayinya nendang, tapi gak keliatan benjolan di perut, ya emang sih susah ya ngeditnya, makanya Dara tutupin pake tangannya. Ya udahlah, masih bisa diterima kalau itu.
Dan kenapaaa judulnya Dua Garis Biru? Pertanyaan ini terjawab sewaktu Dara usg terakhir kali, ternyata karena anaknya laki-laki, ngerti kan? Biasanya kalau gender reveal, biru artinya laki-laki, sementara pink itu perempuan.
Nah di sini Bima bilang kalau dia pikir warna testpack yang merah itu menggambarkan jenis kelamin, makanya pas cek ke dokter langsung tanya, "cewe ya, Dok?" Jadi, diberi judul Dua Garis Biru, karena menurut Bima testpack merah = anak cewek, testpack biru = cowok. 😂
Dan pesan film ini tuh adalah mengenai sex education, bukan ngajarin cowok-cowok supaya ngebuntingin anak orang atau supaya yang cewek-cewek jadi hamil di luar nikah. Pesan yang gua tangkep juga bukan,
"Jangan melakukan 'itu' kalo gak mau hidup kamu jadi kayak gini."
Atau malah, "jangan pacaran nanti keterusan terus hamil."
Pesan yang gua tangkep adalah, "kalau mau melakukan seks, harus aman pakai alat kontrasepsi, yaitu kondom, atau keluarin di luar (IYKWIM), atau kalau emang udah terlanjur banget pake morning after pills."
Indonesia sendiri menganggap bahwa edukasi seksual adalah hal yang tabu. Makanya kejadian seperti ini masih sering terjadi. Negara-negara lain seperti Amerika atau Australia mengaku jarang ada kejadian seperti ini, padahal di sana adalah negara free-sex. Kalau pun sudah terjadi, di Amerika itu aborsi bersifat legal dengan syarat. Aborsi ini juga masih banyak pro kontranya tersendiri. Aborsi ini bersifat aman ya, dilakukan oleh dokter.
Remaja di sana sejak usia 13 tahun sudah diperkenalkan dengan edukasi seksual dan bagaimana melakukannya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, bukan cuma hamil, tetapi juga tidak tertular penyakit seksual. Lain di sini, tanah air kita memegang prinsip, "daripada edukasi seksual, lebih baik junjung Indonesia tanpa pacaran." Nah, kalian lebih setuju pendapat yang mana?
Ah udahlah kok jadi berat topiknya? Malah ngomongin Indonesia wkwk.
Sepanjang film berlangsung, dialog favorit gua dari film ini adalah, "Jadi orangtua itu bukan tanggungjawab sembilan bulan sepuluh hari, tapi seumur hidup!"
Bener banget! Gua setuju banget sama dialog itu. Film ini bagus, bisa buat ketawa, di luar hal-hal janggal yang gua sebut di atas. Keluar bioskop kepala gua masih muter, "can anybody tell me ... can anybody tell me ...."
Gak nyesel deh nonton film ini, thanks to temen gua yang udah bayarin gua wkwk.
0 comments:
Post a Comment
Jangan lupa tinggalkan komentar :)